Pagi ini hati saya dongkol banget.
gimana nggak, Saya melihat ada lagi kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Solo, Ahad, 25 September 2011, yang diduga dilakukan oleh Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Raharjo alias Achmad Abu Daud bin Daud.Hal ini selalu terjadi...Kasus teroris selalu diangkat dan dibesar-besarkan tatkala negara memiliki carut marut masalah dalam sistem pemerintahannya.
Tulisan berikut ini saya kutip dari
Sholehan AQD
Jombang, Jawa Timur
Red: Cholis Akbar
"Saya setuju dengan data yang pernah disampaikan Dr. Yudi Latief di koran. Sebut misalnya, pasca Pilpres 2014 ketika perhatian publik terkonsentrasi terhadap isu kecurangan pemilu, tiba-tiba muncul isu teroris seiring peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di kawasan Kuningan Jakarta Selatan.Jombang, Jawa Timur
Red: Cholis Akbar
Kedua, ketika ada isu KPK vs Polri ramai pada September 2009, muncul “hiburan” baru, Densus menggerebek safe hause Noordin M Top di Temanggung Jawa Tengah. Lalu, media akhirnya sibuk meliput terduga Dulmatin, Ridwan dan Hasan Nur yangtewas ditembak.
Konon, Densus 88 sudah tau betul keberadaan Dulmatin jauh hari. Menariknya, kata Yudi, kasus Century memuncak, penggerebekan Dulmatin baru dieksekusi.
Ketiga, ketika perhatian masyarakay sibuk dengan kasus Gayus Tambunan, saat itu juga muncul delapan terduga teroris di Klaten dan Sukoharjo, Selasa (25/1/2011). Padahal kala itu, masyarakat sedang panas-panasnya memperhatikan kasus plesir Gayus ke Bali dan kasus rekening gendut perwira Polri.
Nah, sekarang, ketika mantan bendahara Partai Demokrat (PD) yang ditengarai sebagai kunci segala informasi kasus korupsi (yang jika prosesnya berjalan jujur dan baik) akan menyeret nama-nama orang penting di Negeri ini, lalu muncullah Umar Patek.
Meski bukan pengamat, bukan peneliti, sungguh tak masuk akal pemerintah (yang selama ini berkiblat pada Amerika) tidak tau-menahu keberadaan Umar Patek atau Hambali. Lha, dulu Umar Faruq saja sudah menunjukkan, betapa dekatnya pemerintah dengan Amerika.
Jadi mustahil keberadaan Umar Patek tidak tahu. Apalagi, dengan uang kita, dan pajak-pajak kita, aparat bisa menggunakan berbagai cara untuk melacak hal-hal seperti itu.
Masalahnya, kok ya Umar Patek berbarengan dengan datangnya si Nazaruddin? Apa saya-nya saja yang bego karena berpikiran seperti ini?
Dan nanti, ujung-ujungnya, kasus Nazaruddin akan berakhir seperti kasus Rekening Gendut Polri, Bank Century atau kasus-kasus besar lain. Baru setelah itu akan ramai lagi dengan kasus baru lebih heboh. Lalu, kasus itu akan hilang lagi seiring ditangkapnya “teroris” lagi. Tau ah, gelap!. Paling-paling media juga akan jadi jubir aparat juga."
Nah sekarang kasus korupsi semakin merajalela bahkan gak sedikit nama para pejabat yang kena getahnya, Banggar(Badan Anggaran Negara)pun disinyalir sebagai tempat bersarangnya korupsi, belum lagi kasus para pekerja yang mogok di freeport,kasus ambon, dan segala kasus kemiskinan yang sampai hari ini gak ada ujung penyelesaiannya, belum lagi kasus kerusuhan dimana mana akibat masyarakat yang gerah dengan segala kebobrokan dan kerusakan pemerintah, Maka muncullah isu bom sebagai tameng atas kebobrokan pemerintah yang sekaran ini lagi hangat hangatnya di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Solo, Ahad, 25 September 2011, yang diduga dilakukan oleh Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Raharjo alias Achmad Abu Daud bin Daud.
Inilah Indonesia yang kita bangga banggakan dengan sistem demokrasinya yang tidak lebih hanya dari sekedar OMONG KOSONG belaka!!!!!!!!!!!!
Terapkan Syariah dan Khilafah.
Dijamin Rakyat sejahtera.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Before leaving this page ...
Please leave your comments ...
Thank you ^ _ ^
(Sebelum Meninggalkan Halaman ini...Silahkan tinggalkan komentar Anda...
Terima kasih ^_^)